Sebuah Fiksi Mini dan Celoteh Singkat tentang Fiksi Mini
Jantungnya berdegub. Dia terlihat takjub. Sebuah batu seukuran telur angsa berpendar keperakan di hadapannya. Akibat cahaya dari batu itu, bayang-bayang dirinya memanjang memenuhi dinding dan langit-langit goa. Pelan-pelan tangannya terulur. Harta karun telah di depan mata. Sebuah batu berharga yang dijuluki Reruntuhan Musim Dingin . Di saat biasa, dia pasti telah berteriak kegirangan. Entah mengapa kali ini suaranya tertahan. Tas lusuh yang sedari tadi tersampir di pundaknya terbuka. Seolah siap sedia menyimpan batu bertuah itu. Bisa dirasanya udara dingin menguar di sekililing batu. Dia mulai mengenggamnya. Lalu batu itu seakan menjadi hidup dan liar. Tanggannya menahan gemetar. Dinginnya batu merayapi setiap inci tubuhnya. "Aaahhh... " Teriakan yang tertahan tadi keluar dan memenuhi penjuru goa. Memantul dari satu dinding ke dinding lainnya. *** Dengan napas terengah, dia terduduk di atas ranjang. Bersamaan dengan itu dia mengibaskan tangannya yang terasa basah. Benda