Posts

Showing posts from September, 2014

Sebelum Fajar

Image
“Kalian dapat apa malam ini?” ujar Selena yang diapit oleh kedua adiknya. “Beberapa gelandangan merayuku, namun aku memilih pejalan kaki,” ucap Mariskha. “Seharusnya kak Mariskha ikut aku. Mereka yang di klub malam sangat menyenangkan,” timpal si Bungsu, Verona. “Hmm, besok akan kucoba ke sana,” ujar Marishka sambil mengulas senyum. “Kak Selena sendiri dapat apa?” Selena menghela napas, “Tidak ada. Aku bosan hidup seperti ini.” Mariskha dan Verona sontak menatap kakaknya. Mata mereka membulat. “Kak, sudah tiga hari. Bisa bahaya jika kakak terus seperti itu!” Samar-samar semburat fajar mulai menampakkan dirinya. Selena menyadari itu. “Tenanglah. Aku hanya bosan, bukan berarti akan berhenti. Lagi pula tidak mungkin aku meninggalkan kalian begitu saja,” ujar Selena sembari merangkul kedua saudarinya. “Fajar akan menyingsing. Ayo, lekas kita pulang!” Mariskha dan Verona menggangguk sembari tersenyum lega. Serupa sayap kelelawar tumbuh dan mengepak dari punggung mereka. Ya, harus

Dalam Dekapan Jarak

Image
“Gak mungkin! Rian gak mungkin seperti itu. Jangan bawa Rian! Riaannn…” Niya terbangun dengan napas terengah. Butiran peluh mengalir di dahinya. Mimpi tentang Rian telah membuatnya kembali terjaga. Ternyata ia tertidur saat mengerjakan tugas Pak Hendra, dosen Bahasa Inggrisnya. Niya meringis sejenak menghalau pusing yang sempat hinggap di kepala. Ia ingin beringsut ke tempat tidur namun kelip lampu kecil di tepi laptopnya membuatnya mengurungkan niat. Mimpi yang membuatnya terjaga tadi kembali melintas. Niya mengulurkan tangannya, layar laptop pun kembali menyala. Sketsa oleh Carolina Ratri. Diambil dari sini Niya termanggu. Airmatanya mulai menetes. Matanya memandang penuh rindu. Ya, rindu yang dengan susah payah ia bendung. Rian masih tersenyum lewat fotonya yang terpajang sebagai wallpaper di layar laptop Niya. Andai Rian benar ada di dekatnya, pastilah ia sudah menghapus airmata yang saat ini menderas di pipinya.

Movie Review - Expendables 3 (2014)

Image
“You were stupid enough to get yourself into this mess! And we're the only ones crazy enough to get you out of it!’ -- Christmas   gambar diambil dari sini Ketika menonton film ini, aku selalu mengoceh, "Huh, the old men movie!" Mungkin terdengar skeptis, namun kalau kamu coba tonton ini film, weew, these old men are rock! Dulu sekali aku sering melihat aksi mereka bareng Emak. Ya, Emak adalah orang yang mengenalkan aku pertama kali tentang menonton film barat alias Hollywood movie . Dulu sehabis acara berita malam jam 9, akan tayang film-film hollywood , nah di situ, Kiki kecil ikutan menonton. Ketika acara berita malam sudah tidak ada lagi, Emak masih meneruskan kebiasaannya menonton film-film barat tersebut. Efeknya tentu saja aku jadi mengenal sebagian besar tokoh-tokoh di Expendables . Aku jadi menyukai dan sedikit terbiasa dengan Bahasa Inggris.

Ketika Semua Terungkap

Image
Aku melangkah mendekati pintu, membuat celah kecil untuk bola mataku mengintip keluar kamar. Mereka berteriak saling menyalahkan. "Kau benar-benar Ibu yang tidak becus! Ini akibat jika kau terlalu memanjakannya. Lihatlah seperti apa dia sekarang! Seharusnya kau mampu mendidiknya menjadi seorang Andre Putra Riyadi." "Mas, kau tidak bisa menyalahkanku begitu saja. Selama ini kau sendiri dimana? Hanya kerja dan kerja! Kau yang seharusnya ikut menunjukkan bagaimana menjadi seorang Putra. Hatiku juga sakit, Mas, mengetahui hal ini," airmata Ibu mengalir dengan deras.  Burning Giraffes and Telephones karya Salvador Dali. Source