Di Suatu Malam, Di Tepi Sebuah Danau
Sumber: http://arzuhan.deviantart.com/art/Darkness-100010629 |
Laurent menjejakan kakinya di tepian danau.
Ada batuan yang sedikit menjorok ke danau itu dan ia menyusurinya. Laurent
menurunkan tudung jaketnya, membiarkan dingin menyusup hingga ke sela-sela rambut.
Matanya menatap jauh ke air danau yang hitam. Samar terdengar nyanyian merdu
dari tengah danau.
Bulan
malu-malu, bersembunyi di balik awan
Langit
malam ini pekat, pepohonan pun telah tertidur
Namun
angin masih ada, mengantarkanmu kembali
Dan
di danau ini kita bertemu lagi
Manusia duyung! Siripnya yang menyala
keemasan sesekali mengintip dari pekatnya air danau. Rambutnya panjang terurai
dan juga berwarna keemasan. Manusia duyung berparas cantik!
Duyung itu berenang mendekati Laurent.
Berputar beberapa kali seperti menari, lalu memangku tangan manusianya ke
tepian batu. Separuh tubuhnya yang bersisik seperti ikan ada di dalam air danau.
Dengan suaranya yang lembut dia bertanya, "jadi, apa yang malam-malam
menyala di atas sana?"
Laurent tak lagi berdiri. Ia kini duduk di
bebatuan itu, membiarkan celananya dirembesi air danau yang sedikit naik
ditiupi angin malam. Kehadiran manusia duyung itu tidak mengagetkannya sebab ia sudah tahu dan memang berencana menemuinya.
"Itu disebut Lampu Kota. Jika malam
begini, ada banyak Lampu di kota kecil itu yang dinyalakan sebagai pengganti
cahaya matahari."
"Ahh, begitu rupanya. Lalu bagaimana Lampu
Kota itu bisa menyala? Lebih-lebih cahayanya bisa terlihat dari tengah danau
ini?"
"Dengan bantuan sesuatu yang bernama
Listrik. Kau tahu Selena, Listrik itu menyebar kemana-mana. Kehidupan di atas
sana sangat bergantung dengan Listrik. Bukan hanya untuk menyalakan Lampu,
namun menyalakan yang lainnya juga. Sekalinya Listrik berhenti menyebar, maka
semua akan serentak mengeluh."
"Wah, lalu darimana Listrik itu berasal?
Mengapa dia bisa berhenti menyebar, apa dia lelah?" Duyung bernama Selena
itu mengerjapkan matanya yang berwarna hijau cerah.
Laurent mengangkat kedua bahunya, "aku
tidak tahu. Mungkin dari petir yang menyambar. Haha, kau memang selalu banyak
tanya, Selena."
"Haha, aku sama ingin tahunya denganmu,
Laurent." Duyung itu kembali mengerjapkan mata hijaunya. "Sepertinya kau
menikmati tinggal di atas sana..."
Laurent menggeleng, "sepertinya tidak.
Aku merasa asing. Dan nyala Lampu Kota itu tidak lebih baik dibanding selapis
kepekatan di bawah danau ini."
"Setidaknya kau sudah menuntaskan rasa
penasaranmu. Tiga hari itu cukup lama. Kalau begitu, kau siap kembali, bukan?
Ini, makanlah!" Selena kembali berucap sembari menjentikkan jarinya.
Laurent mengambil sesuatu yang disodorkan
oleh duyung itu dan memakannya.
Bentuknya bulat kecil seperti buah ceri berwarna merah pekat. Seketika
tubuhnya diliputi cahaya.
Ia kembali ke wujud aslinya. Pakaian
manusianya hilang. Kedua kakinya menyatu dan membentuk sirip warna keemasan
sebatas pinggang. Telinganya berubah lancip. Ia pun meloncat pelan ke dalam
danau, berenang menghampiri Selena.
Keduanya berenang beriringan hingga ke tengah
danau. Laurent bersenandung sebelum sirip keemasannya hilang ditelan air danau
yang gelap.
Kau
hanya perlu bersabar
Lewati
selapis hitam air danau
Abaikan
kerlip Lampu Kota yang menggoda
Karena
di balik hitam
Kau
akan menemukan terang
Kehidupan
di bawah sini lebih mampu menerangi
Monday Flash Fiction.
Prompt #58: Darkness. (459 kata)
ohw.....
ReplyDelete:)
Deletewah... cerita duyung yang menjadi manusia dan kemudian kapok :D
ReplyDeleteHaha..bener banget, Bang :D
Deleteaku suka puisinya...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Wilda, :)
Deleteini cerita ke dua yang aku baca dan mengambil tema 'kembali ke asal'. :)
ReplyDeleteAhh, iya juga ya, Bang. Aku baru nyadar.. :D
Deletehalus rasanya baca ini mbak.
ReplyDeleteTerimakasih, Mbak. Tapi agak ragu juga dengan konfliknya. Ragu kalo kurang greget, hehe..:)
Deletekurang menyakinkan, kenapa dia kapok pas jadi manusia.
ReplyDeletetp suka manusianya dan gaya bertuturnya hehe
Haha..iyya sih Mbak, masih kurang greget ini. Sebenarnya dia kapok karna dicuekin dan merasa asing sendiri di dunia manusia, hehe. Makasih sudah mampir Mbak Linda.. :)
Delete