Perjanjian
Gambar diambil dari sini. Edited by me. |
Lucy melirik jam di kamarnya. 3:06, dini
hari. Tidurnya tertahan, memikirkan tunggakan cerita yang harus dia selesaikan. Semilir angin dingin tiba-tiba berhembus. Seperti terhipnotis, akhirnya dia tertidur
dalam kegelisahan.
Mimpi mengantarkannya ke atas jembatan sungai Themes. Hening, sepi, sendiri. Awan terlihat rendah, menggumpal. Sesekali kilat, petir menghiasi. Lucy berlari keluar dari jembatan.
Mimpi mengantarkannya ke atas jembatan sungai Themes. Hening, sepi, sendiri. Awan terlihat rendah, menggumpal. Sesekali kilat, petir menghiasi. Lucy berlari keluar dari jembatan.
"Hello, Lucy!” Seseorang muncul dan
menghalangi jalannya. Lelaki berpostur tinggi tegap dengan mantel hitam semata
kaki.
Lucy terhenti. Pandangannya menyelidik. “Kau siapa?”
“Aku Astaroth. Kali ini kau memerlukan
bantuanku!” Lelaki itu tersenyum tipis, membuat raut wajahnya semakin menarik.
Pria ini mencurigakan. Lucy tidak ingin
berurusan dengannya. Namun tubuhnya enggan beranjak.
“Aku bisa menyelesaikan bukumu dalam sekejap.
Dan aku bisa memberikanmu banyak cerita hebat lainnya. Kau akan terkenal, kaya.
Dan Ibumu bisa terus kau beri makan.”
“Tidak mungkin!”
“Kau hanya perlu percaya padaku. Dan kita
akan membuat perjanjian yang menarik. Perjanjian yang tentunya akan mengikatmu
seumur hidup. Bagaimana, Lucy?”
Lucy ragu. Namun tawarannya begitu menggoda.
Seperti apel merah yang memikat.
Lelaki itu berjalan mendekati Lucy lalu
mengulurkan tangannya. “Kau hanya perlu menyambut tanganku dan perjanjian pun disahkan.”
Lucy menarik napas dalam. Menimbang-nimbang.
Ya, mungkin tidak ada salahnya mencoba. Lucy menyambut uluran tangan itu.
“Aakhh..apa ini? Apa yang kau lakukan?”
Pergelangan tangannya teriris. Darah menetes,
perih. Perlahan terukir jalinan simbol aneh yang belum pernah dia lihat
sebelumnya. Astaroth hanya tersenyum. Lalu dia melepaskan tangannya. Lucy
terjatuh.
“Jiwamu kini milikku! Setiap purnama muncul,
kau harus selalu membasuh tanda itu dengan darahmu. Selalu! Napas Ibumu dan
siapa pun yang kau sayangi taruhannya!”
Astaroth menyeringai, matanya memerah.
Tubuhnya pecah menjadi ribuan kelelawar. Makhluk itu terbang menjauhi Lucy
diiringi tawa yang membelah langit.
Lucy tersentak, terbangun dari mimpinya.
Napasnya terengah. Matanya melirik jam di kamarnya. Aneh! Waktu tidak beranjak.
Masih 3:06. Segera dia memeriksa tangannya. Matanya membulat, terkejut. Tanda
hitam itu nyata adanya
Perjanjian
telah dibuat. Darah di setiap purnama.
Monday
Flash Fiction. Prompt #56: 306. (306 kata)
Wow... hati2 dengan mimpimu, Lucy.. Nice story, Kiki :)
ReplyDeleteHehe..Makasih Mechta.. :)
Deleteada perlu apa si astroboy...eh astaroth ngedatangin Lucy, ya? :)
ReplyDeleteHaha..Nah kan..nama Astaroth diledekin. Mungkin mending aku pake nama Belphegor aja kalii yaa biar lebih familiar.. :D
DeleteAstaroth memang suka gitu, Bang. Di fiksi ini, doi suka menggoda manusia yang galau sekaligus mengumpulkan jiwa2 manusia yang tersesat, dan putus asa..haha..:D
waduh.... bikin perjanjian dengan setan
ReplyDeleteHaha..iyya Bang..:)
Delete