9 Hewan yang dapat ditemukan di sekitar Rumah
Hallo, apa kabar? Percaya atau tidak,
aku terakhir posting tulisan di blog ini pada Agustus 2018 lalu. Dan percaya
atau tidak, kali terakhir aku berbagi cerita melalui platform blog itu hampir
satu tahun yang lalu (tepatnya September 2018 di blog bukuku yaitu Bukulova). Iya, sudah lama sekali aku
vakum menulis (eaaa…serius amat, dah, hehe).
Ada banyak, sih, penyebabnya. Tidak akan
kuceritakan disini. Rasanya kurang berfaedah. Mungkin aku cerita di blog
lainnya saja #lho. Btw, apakah cerita
di postingan kali ini berfaedah? Haha, coba kita mulai baca dari judulnya. Bakal
click bait, kah? Umm, kata kuncinya masih tentang hewan dan rumah. :D
Beberapa bulan belakangan ini aku
tinggal di kota lain. Bukan lagi di Jambi, kota kelahiranku, tempat aku tumbuh.
Tentunya kepindahan ini membawa suasana baru dan berbeda dari sebelumnya. Tidak
perlu jauh-jauh bicara tentang beda tempat wisatanya, kuliner khasnya atau
tempat belanjanya. Suasana rumah, tempat tinggalku kini juga berbeda. Begitu
pula dengan lingkungan serta masyarakat sekitar.
Meski suasana rumah di kota ini berbeda
dengan yang di Jambi, ada beberapa hewan yang masih sama. Maksudnya, aku
menemukan beberapa hewan liar yang entah itu melintas, mampir, atau malah ikut menetap
di rumah ini. Hewan-hewan tersebut boleh jadi lazim dijumpai di area rumah
manapun. Mungkin hanya berbeda di jumlah dan ukuran saja. Apa saja, sih? Yuk, lanjut dibaca.
#1
SEMUT
Hewan pekerja keras satu ini hampir
pasti akan selalu dijumpai di area sekitaran rumah, baik itu di dalam maupun di
luar. Apalagi jika ada makanan yang tercecer di lantai hingga sampah manis yang
menumpuk dipojokkan dapur. Di rumah ini ada kujumpai semut dari yang kecil
sekali ukurannya hingga semut hitam besar yang bergerak dengan cepat. Aku belum
tahu cara yang benar-benar ampuh untuk mengusir semut. Jadi, ya, sudahlah.
Akhirnya aku hidup juga bersama mereka sambil ketar-ketir dan terus
mencari-cari tempat aman untuk menyimpan makanan yang jauh dari jangkauan para
semut ini.
#2
NYAMUK
Apakah nyamuk hanya ada di negara beriklim
tropis seperti Indonesia ini? Aku rasa iya. Dan nyamuk adalah hewan kedua yang
keberadaannya terdeteksi di rumah ini. Keberadaan yang memancing emosi. Melalui
gigitan atau dengingannya sudah mampu menggoda mulut untuk berkata kasar.
Sungguh suatu cobaan, haha. Apalagi untuk Ez yang kulitnya lumayan sensitif
dengan gigitan nyamuk. Mungkin nyamuk-nyamuk ini betah karena di balik pagar
belakang rumah, ada pohon buah seri yang rindang. Ditambah ada selokan air di
bagian depan rumah yang tidak tertutup. Untungnya nyamuk di sini masih amatir. Terbangnya
kurang lihai, jadi tidak membuat frustasi saat mencoba membunuhnya. Wiihh!! Maaf, ya, nyamuk.
#3
LALAT
Lalat mungkin bukan temannya semut.
Namun setiap ada makanan, bukan cuma semut yang muncul. Entah mengapa lalat
seekor-dua ekor ikutan masuk rumah melalui pintu dan jendela yang terbuka. Kemudian
terbanglah mereka kian kemari meski dengan tampilan yang tidak seelok
kupu-kupu. Intinya, lalat suka menemani manusia makan di rumah ini. Kalau
kucermati, saat udara panas, berangin dan siang hari, itulah waktu kedatangan
mereka. Bersamaan dengan bau makanan atau sampah yang mengalir di udara,
tentunya. Eh, aku rajin, kok membereskan sampah. Serajin itu juga menutup
makanan sebaik mungkin agar terbebas dari gangguan lalat. Aku risih dengan
lalat. Lalat lebih menjengkelkan rasanya daripada nyamuk. Iya, paham, lalatnya
gak salah, kok. Memang sudah takdir mereka seperti itu.
#3
LABA-LABA
Antara takjub, penasaran dan cemas ketika mengetik nama serangga ini.
Takjub karena baru tahu kalau
laba-laba itu ada banyak ragamnya. Di rumah ini, aku sudah menemukan lebih dari
lima macam dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Aku pun jadi penasaran dengan nama-nama ilmiah mereka
serta ciri khas perilakunya. Tentunya penasaran
juga, apakah yang sering kulihat ini termasuk jenis yang berbahaya/beracun.
Oleh karena minimnya pengetahuan tentang hewan ini, aku pun merasa cemas. Ya, manusia sering merasa cemas bahkan takut, kan, dengan hal-hal
yang belum mereka kenal/pahami. Alhamdulillah tidak ada yang mengganggu dan
menggigit. Ukurannya juga kecil, jadi masih santai diusir pakai sapu tanpa
perlu lompat-lompat mandjah ke atas
kursi, misalnya.
#4
CICAK
Awalnya tidak ada cicak yang masuk ke dalam rumah ini. Setelah beberapa hari,
muncullah cicak pertama. Warnanya cokelat muda dengan ukuran normal (bukan
anakan). Rasanya saat itu dia sedang bertengger manis di dekat pintu kamar
mandi. Darimanakah gerangan cicak itu datang? Mengapa baru datang? Dari hari
itu hingga sekarang, ada saja cicak di rumah ini. Bukan lagi cicak dewasa, yang
anakan juga ada. Pernah aku membaca sebuah hadist yang menganjurkan untuk
membunuh cicak. Membunuh dengan satu kali tepukan lebih afdhol / lebih banyak
pahalanya. Berupaya untuk menerapkan anjuran tersebut, aku meminta bantuan Ez.
Kalau Ez sedang tidak di rumah, aku hanya bisa mengusir dengan sapu. Sungguh
keras kepala cicak itu rupanya. Sulit diusir. Namun aku belum mampu
membunuhnya. Pergilah jauh-jauh cicak. Jangan pernah main lagi di rumah ini. Biar
gampang urusanku. :(
#5
KECOA
Hewan penghuni kamar mandi sejati.
Kejadian awal kecoa mirip dengan
cicak. Awalnya tidak terlihat, hingga di suatu malam. Aku terserang malas
mencuci beberapa piring kotor bekas pakai. Piring-piring tersebut kutaruh di kamar
mandi. Dan besoknya ada seekor-duaekor kecoa muncul. Asumsiku dari pipa
pembuangan yang rupanya malam itu tidak tertutup sempurna. Tidak besar ukuran
kecoanya. Seperti usia remaja lah. Makin hari, makin jarang lihat kecoa besar
hitam. Yang sering muncul itu yang ukuran kecil. Lebih kecil dari kecoa remaja
yang sepertinya cuma terlihat untuk pertama dan terakhir kalinya itu. Bukannya
malas bersihin kamar mandi, ya. Rutin, kok, bersihinnya. Cuma si kecoa itu
kayak sudah menemukan jalan masuknya gitu. Tahu, kan, badan kecoa juga ramping.
Gampang selap-selip dia. Hmm.
#6
KUCING
Bagian belakang rumah ini ada tanah sepetak
dan dipagar setinggi kurang lebih dua meter (aku tidak tahu pasti). Dan hewan
jinak nan imut yang bernama kucing
beberapa kali terjebak di belakang. Mungkin awalnya mereka hanya berjalan-jalan
di pagar/dinding tersebut. Namun entah apa, ada yang menarik mereka turun ke
bawah lalu terjebak lah. Mau naik kembali/manjat, tidak ada pijakan apapun yang
bisa digunakan. Hanya ada tanah datar dan tali jemuran. Lalu mulai lah di pagi
hari sekitar jam 6, mereka mulai mengeong-ngeong. Ugh, kuncing mandjah.
Untuk mengeluarkan mereka, aku harus membuka pintu belakang dan pintu depan.
Sudah empat kali kucing kampoeng liar
penghuni komplek perumahan ini “terjebak” di area belakang rumahku. Satu kali
yang belang tiga, satu kali yang abu-abu jantan, dan dua kali abu-abu putih
betina. Hmm. Tapi mereka jinak, sih.
Maksudnya sudah terbiasa dengan manusia.
#7
BURUNG GEREJA
Ini unik, sih. Burung gereja turun ke
halaman belakang rumah (tempat biasa kucing terjebak). Mereka berkelompok dan
mungkin memakan remahan sisa makanan yang kubuang dengan santuy di belakang rumah. Tidak setiap hari. Hanya ketika ada
remahan saja mereka datang. Artinya, tidak setiap hari juga aku asal membuang
sampah organik ke belakang rumah. Paham, ya, maksudnya, haha. Burung gereja
ini-layaknya hewan liar lainnya, cukup sensitif dengan pergerakan manusia. Aku
tidak pernah bisa mengambil foto mereka. Ketika merasa butuh hiburan(?) retjeh nan gratis, aku berjalan ke
belakang untuk membuat mereka kaget. Lalu, terbang lah mereka beramai-ramai
kembali ke atas pagar atau ke dahan pohon buah seri. Cantik. Indah.
#8
CAPUNG
Yang jadi ikon foto, diceritakan nyaris
terakhir, hehe. Setiap melihat capung, aku teringat masa kecil. Jika Spongebob
dan Patrick suka menangkap ubur-ubur, maka aku bersama adik, sepupu, atau
teman, kami main tangkap capung/kinjeng.
Perangkapnya handmade dengan kearifan
lokal. Alih-alih jarring/jala, kami menggunakan plastik bening (yang biasa
untuk plastik es batu dsb). Lalu tepi plastik tersebut dianyam(?) dengan
sebatang lidi yang lentur. Terakhir, kedua ujung lidi ditancapkan ke ujung batang
tanaman ubi/singkong dengan panjang kira-kira satu meter. Tadaa…perburuan dimulai. Dari situ aku mengenal aneka jenis, ukuran
dan corak pada capung. Di rumah ini aku pernah melihat capung raja (seperti
yang di foto) dan capung merah. Sudah itu, aja.
#9
BELALANG
Apa yang terlintas pertama kali ketika
kamu membaca/mendengar kata “belalang”? Kalau di benakku langsung tergambar
serangga hijau dengan kaki belakang terlipat seperti siap melompat. Dan memang
belalang berwarna hijau itu yang mau aku ceritakan di sini. Eh, benar, gak,
sih, belalang itu bisa ganti kulit. Pernah ada seekor belalang asik bertengger
di rak sepatu yang kutaruh di belakang rumah. Berhari-hari rasanya dia
bertengger di situ (mungkin karena warna raknya sama dengan warna tubuhnya).
Lalu suatu pagi, aku membuka pintu belakang dan melihat di dekat rerumputan,
ada kulit ari berbentuk tubuh belalang. Gak seram, kok. Ukuran belalangnya
masih kecil. Lalu suatu kali, aku melihat belalangnya terbang. Demi apa di umur
segini, aku baru tahu kalau belalang bisa terbang. Aku kira belalang cuma bisa
melompat. Terkedjoet lah aku
terheran-heran.
Itulah 9 hewan yang bisa kamu jumpai di
sekitar rumah. Pasti ada beberapa hewan lainnya seperti kupu-kupu, cacing, ayam atau mungkin tikus. Mungkin juga ulat bulu, hiii. Setidaknya itulah 9 hewan yang sejauh ini kulihat
di sekitaran rumah. Kebetulan area perumahan ini tidak sepenuhnya beton tanpa
pohon atau tanah. Dan syukurlah hewan yang kutemui masih tergolong hewan tidak
berbahaya meski ada yang menjijikkan, haha. Hewan juga, kan, penghuni planet
Bumi. Mereka masing-masing mempunyai peran di dalam ekosistem. Begitu pula
dengan kita, manusia, bukan. Selamat melihat hewan. Save our Earth. :D
Comments
Post a Comment