Dari Pantai Lalu ke Taman Sari Jogja


Cerita nostalgia liburan ke Jogja hampir enam tahun lalu belum selesai. Masih ada sisa objek wisata yang pengen dibahas sekaligus didokumentasikan di blog ini.

Lumayan buat latihan menulis lagi sambil isi blog yang semakin jarang posting ini, haha. Semoga tidak bosan ngebacanya. Yuk lah lanjut scroll sampai bawah ya. :D

Snorkeling di Pantai Sadranan

Saat menyusun daftar tempat yang akan dikunjungi, melihat pantai-pantai di daerah Gunung Kidul adalah salah satu opsi. Ada banyak pantai yang tampak berjejer di sana ketika melihat melalui peta.

Pantai-pantai wisata tersebut letaknya saling berdekatan dan telah diatur sedemikian rupa. Maksudnya sebelum masuk ke kawasan pantai, kita akan berhenti di satu simpang strategis lalu dikenai tiket retribusi.

Saat itu harga tiket untuk dua orang senilai 20 ribu rupiah. Dari simpang tersebut kita bisa mengunjungi hingga delapan pantai yang ada. Tinggal pilih mau yang mana. Masing-masing pantai masih harus masuk sekitar 1-1.5 km dari jalan utama.

Pantai Sadranan tidak tertulis dalam daftar nama pantai di tiket retribusi tersebut. Beberapa bilang jika pantai ini termasuk baru dan terletak agak tersembunyi dengan jalur tempuh yang berkelok-kelok. Nah, aku dan Ez malah bermaksud ke sana karena sempat mendengar jika pantai tersebut bagus untuk snorkeling.


Saat tiba di Sadranan, pemandangan batu karang besar memenuhi mataku. Karang tersebut seolah membagi pantai menjadi dua sisi. Satu sisi pantai terlihat sepi dan lebih sempit. Sementara di sisi satunya, barulah tampak jejeran saung tempat penyewaan peralatan snorkeling.

Selain dapat menyewa peralatan snorkeling, kami juga menyewa seorang pemandu yang sebenarnya bertugas untuk mengambil foto-foto saat di dalam air dengan kameranya. Hasil foto tersebut nanti dibagikan ke kami dalam bentuk softcopy.

Sebelum masuk ke air dan menuju spot epik untuk berfoto, pemandu itu mengambil beberapa batu karang kecil dan memasukkannya ke dalam sebuah botol plastik hijau. Dia bilang batu-batu itu berguna untuk menghancurkan roti. Apa hubungannya snorkeling dengan roti?

Dan rasa penasaran itu terjawab saat dia mulai beraksi mengarahkan kami untuk berfoto di dalam air. Botol hijau yang dia pegang tadi sudah dilubangi di bagian tutupnya. Di dalamnya memang ada roti (mungkin jenis biskuit). Dan batu-batu tadi memang berguna untuk menghancurkan roti hingga menjadi remah-remah yang kemudian ditaburkan saat menyelam untuk memancing ikan datang.


Dengan cara tersebut, ikan-ikan cantik dengan sirip warna warni datang untuk menikmati remah-remah roti tersebut. Hasilnya foto kami tidak hanya berisi air laut dan batu karang tapi dilengkapi dengan ikan-ikan cantik yang berenang acuh tak acuh.

Kebanyakan orang pasti sudah tahu jika berenang di kolam dan di laut itu lumayan beda sensasinya. Ombak yang menuju pantai dan arus air laut dapat membuat seseorang dengan kemampuan renang yang minim seperti diriku jadi "heboh” tak karuan.

Untunglah mas’e yang mengambil foto cukup bersabar dengan kelakuanku yang butuh waktu untuk beradaptasi dengan suasana laut.

Ombak bergulung memecah pantai. Batu-batu karang di sini lumayan banyak dan agak tajam. Namun kita bisa melihat banyak biota laut di dalamnya. Lebih baik lagi jika bisa snorkeling di sana pagi hari saat air masih surut.

Intinya, hari itu kami -khususnya aku- belajar banyak hal. Kami sangat menikmati kunjungan ke pantai Sadranan ini. Bermain air hingga waktu tak terasa beranjak sore. Padahal ada niat mau mampir ke satu pantai lagi sebelum pulang ke penginapan namun apa daya sudah tidak sempat.

Dan setelah dipikir-pikir momen di pantai itu yang paling berkesan diantara kunjungan ke tempat lainnya. Selain karena bermain air membuat badan terasa segar, kami juga tidak banyak pikiran untuk berfoto atau dokumentasi. Benar-benar lebih banyak menikmati suasana dan alam di sana. Bahkan tidak lagi sadar kalau kulit sudah menghitam.

Melihat Ombak Pantai Parangtritis

Kebetulan penginapan kami terletak di pinggiran Kabupaten Bantul (sekitar 1 km dari ring road selatan). Oleh karenanya tidak perlu makan waktu lama untuk sampai ke Pantai Parangtritis karena sama-sama terletak di bagian selatan Jogja.


Pantai ini indah dan sayang jika tidak dikunjungi. Parangtritis juga termasuk salah satu pantai yang terkenal terutama di kalangan wisatawan.

Salah satu hal yang boleh jadi dikenal luas tentang pantai ini adalah bagian mistisnya. Maksudnya kaitan pantai ini dengan legenda Ratu Pantai Selatan.


Di mataku pantai ini tampak memiliki ombak yang besar dan datang dari banyak sisi (tidak satu arah atau hanya dari depan saja). Ketika ombak surut, kita juga seperti ikut terseret. Mungkin karena gaya atau energi atau apapun dlm ilmu fisika bisa menjelaskan hal itu.

Sempat kubaca di internet kalau Parangtritis juga memiliki topografi yang tidak biasa. Cenderung curam ke bagian tengahnya. Oleh karena itu ada larangan untuk tidak mandi di pantai atau mungkin termasuk berenang di luar jarak aman.

Terlepas dari hal-hal tersebut, kami menikmati kunjungan ke pantai ini. View-nya juga keren.


Aku suka pasir basah yang mengkilap dan luas yang bisa memantulkan bayangan kita saat sedang berdiri atau berjalan di atasnya.

Saat itu masih pagi tapi pantai sudah lumayan ramai. Ada andong atau kereta kuda yang bisa disewa untuk menyusuri pantai. Aku dan Ez sempat makan cilok yang dijual sama mas-mas di dekat pintu masuk pantai. Enak dan hangat.

Memanjat Gumuk Pasir

Ini destinasi wisata yang tidak direncanakan. Sewaktu berkendara ke Parangtritis, kami melihat tempat ini. Akhirnya setelah selesai main di pantai, diputuskan untuk mampir.

Seperti yang bisa dilihat, tempat ini lumayan luas dan penuh dengan pasir. Gumuk merupakan gundukan kecil. Singkatnya gumuk pasir ini menyerupai bukit kecil yang penuh dengan pasir.

Dilansir dari laman voaindonesia.com, gumuk pasir dibentuk oleh alam. Sungai membawa pasir ke muara di laut. Pasir yang lembut kemudian terbawa ke tepi pantai, mengering dan terbang terbawa angin. Dalam proses ribuan tahun, pasir yang terbawa angin itu menumpuk dan terbentuklah gumuk.

Dan seperti kebanyakan objek wisata lainnya, di sini kita tidak hanya melihat hamparan pasir serta beberapa vegetasi alami lainnya. Gumuk pasir ini dihiasi pula dengan ornamen lain buatan tangan manusia.


Di satu bagian ada deretan saung kecil dari kayu. Di sisi lain ada ayunan, serta ada juga dua buah tiang yang dihiasi tirai seperti yang terlihat di fotoku ini. Lalu apakah dengan begitu gumuk pasir ini menjadi terlihat lebih menarik?

Ternyata kami mengunjungi sisi yang lain. Gumuk pasir yang kami kunjungi tidak seperti yang kami lihat di majalah ataupun tivi. Jika ingin melihat ataupun mencoba meluncur di pasir, dari atas ke bawah, seharusnya kami berhenti di sisi gumuk yang satunya. Ya sudah lah. :D

Berkeliling Taman Sari

Taman Sari adalah destinasi terakhir dari jalan-jalan ke Jogja waktu itu. Personally, ini memang salah satu tempat yang ingin kulihat.

Wisata Taman Sari (Water Castle) merupakan wisata sejarah. Tempat ini (jika tidak salah) dulunya dikenal sebagai tempat pemandian para putri raja keraton Jogja.

Aku tidak tahu pasti ada berapa spot yang bisa dikunjungi di kawasan ini. Saat itu yang kutahu dan kami kunjungi ada dua tempat. Lokasi pertama adalah taman pemandian itu sendiri dan yang kedua adalah Sumur Gumuling.


Masuk ke taman pemandian melewati beberapa ruangan atau koridor. Di ujungnya tampak sebuah kolam yang dipagari dinding. Tidak sempat berfoto karena cuaca terik dan suasana saat itu sedang padat oleh pengunjung.

Keluar dari area kolam, kami terus berjalan hingga akhirnya masuk ke area Sumur Gumuling. Meski namanya "sumur" tempat ini luas dan kita bisa masuk ke dalamnya. Kesannya malah seperti terowongan bawah tanah. Di satu titik ada ruangan yang dikelilingi oleh deretan anak tangga dengan langit-langit yang terbuka. Mengingatkanku dengan model sumur di daerah Rajakhstan, India.


Meski Taman Sari termasuk ke dalam list tempat yang mau dikunjungi, ironisnya aku kurang menikmati kunjungan ke sana. Bukan karena tempatnya kurang oke, melainkan karena suasananya sangat ramai. Tidak heran memang. Saat itu lagi musim liburan.

Oh ya, sewaktu menuju parkiran, kami sempat melewati Kampung Cyber yang waktu itu pernah dikunjungi oleh pendiri jejaring sosial Facebook. Saat ini aku tidak terlalu ingat detailnya bagaimana. Hanya kesannya kawasannya ini lumayan padat lalu ada banyak mural menghiasi dinding jalan.

Begitulah Ceritanya

Lengkap juga tujuh destinasi wisata yang kami kunjungi selama ke Jogja tahun 2017 lalu. Rasanya lega sudah membuat dokumentasi ini. Seperti tuntas janji dengan diri sendiri. Haha.

Masih ada beberapa bagian lagi ya. Cerita pelengkap serta penutup dari seri liburan Jogja 2017 ini. 

Comments

Popular posts from this blog

Tidaakk!!

Apa yang bisa dilakukan di Hago Farm

Pohon Sukun Meranggas