Posts

Di Suatu Malam, Di Tepi Sebuah Danau

Image
Sumber: http://arzuhan.deviantart.com/art/Darkness-100010629 Laurent menjejakan kakinya di tepian danau. Ada batuan yang sedikit menjorok ke danau itu dan ia menyusurinya. Laurent menurunkan tudung jaketnya, membiarkan dingin menyusup hingga ke sela-sela rambut. Matanya menatap jauh ke air danau yang hitam. Samar terdengar nyanyian merdu dari tengah danau. Bulan malu-malu, bersembunyi di balik awan Langit malam ini pekat, pepohonan pun telah tertidur Namun angin masih ada, mengantarkanmu kembali Dan di danau ini kita bertemu lagi Manusia duyung! Siripnya yang menyala keemasan sesekali mengintip dari pekatnya air danau. Rambutnya panjang terurai dan juga berwarna keemasan. Manusia duyung berparas cantik!

Doppelganger

Image
"Ahh, lega!" Suaraku memantul di dinding toilet sekolah. Tidak ada yang menggubris karena aku memang sendirian. Suasana pagi, saat jam pertama sekolah dimulai memang sepi. Kurapikan seragam dan rambutku. "Baiklah, saatnya kembali ke kelas." gambar diambil dari sini Aku hampir sampai. Hanya perlu menyusuri satu koridor lagi. Kelasku di ujung koridor, sedikit berbelok ke kanan. Di koridor terakhir ini, hanya ada satu ruang kelas, kelas Tujuh. Kau harus melewati deretan loker siswa sebelum sampai di pintu masuk kelas ini.

Perjanjian

Image
Gambar diambil dari sini . Edited by me. Lucy melirik jam di kamarnya. 3:06, dini hari. Tidurnya tertahan, memikirkan tunggakan cerita yang harus dia selesaikan. Semilir angin dingin tiba-tiba berhembus. Seperti terhipnotis, akhirnya dia tertidur dalam kegelisahan.   Mimpi mengantarkannya ke atas jembatan sungai Themes. Hening, sepi, sendiri. Awan terlihat rendah, menggumpal. Sesekali kilat, petir menghiasi. Lucy berlari keluar dari jembatan. "Hello, Lucy!” Seseorang muncul dan menghalangi jalannya. Lelaki berpostur tinggi tegap dengan mantel hitam semata kaki.

Nomor 666666

Image
gambar diambil dari sini Cahaya matahari telah surut. Lampu-lampu mulai dinyalakan. Jalan Cemara masih ramai oleh manusia. Entah itu melintas dengan mobil-mobil mereka atau dengan langkah kakinya. Hewan-hewan liar tak bertuan juga ikut melintasi jalan ini. Aku mematung di sisi jalan. Memperhatikan mereka dari balik tudung hitamku. Lebih tepatnya memperhatikan angka-angka berwarna merah yang menyala di atas ubun-ubun mereka. Angka yang menunjukkan berapa lama lagi waktu yang tersisa bagi mereka untuk menarik napas.

Pohon Sukun Meranggas

Image
Gambar di atas adalah sebuah foto pohon sukun di belakang rumahku. Jadi dulu, sekitar mungkin 10 tahun yang lalu, Bapak membawa bibit pohon sukun untuk ditanam di belakang rumah. Aku tidak ingat persis kapan waktunya, pohon sukun tersebut tumbuh dengan mudah dan mulai berbuah.  Ketika cukup matang, buahnya akan jatuh. Itulah kali pertama aku makan buah sukun. Rasanya? Seperti ubi, namun teksturnya lebih lunak dari ubi kayu. Aku lebih suka buah ini digoreng atau dibuat kripik. Tentu saja harus ditambahkan garam karena daging buah sukun itu tawar.  Buah sukun tersebut akan jatuh dengan sendirinya saat telah matang. Bahkan ada juga yang jatuh karena sudah membusuk. Ada sebagian yang suka memakan buah sukun yang sudah matang. Namun aku lebih memilih buah sukun yang tidak terlalu matang namun tidak juga mengkal. Buah sukun yang matang itu baunya tidak karuan, langu di hidungku. Dulu, sering buah sukun matang jatuh dan mengenai jemuran baju di bawahnya. Atau sukun tersebut pecah menghant