NOVEMBER 2021: MENGOSONGKAN RUMAH SEWA DI BATAM

november 2021: mengosongkan rumah sewa di batam

Berangkat Jumat malam, dengan segala dramanya, Minggu siang tiba juga di Batam. Saya dan Ez kembali menikmati langitnya yang biru dengan udaranya yang terik khas udara pulau yang dikelilingi lautan.

Dan begitu pula dengan curah hujannya yang lumayan tinggi juga. Kembali melihat kesibukan dan kepadatan kota industri yang ramai dengan pendatang. Tentunya kembali lagi menghuni kontrakan alias rumah sewa kami tercinta ini untuk sebulan ke depan, hehe.

Kondisi Rumah Sewa

Kontrakan atau rumah sewa kami terletak di cluster. Namanya cluster Saffron. Kebetulan rumah pak RT ada di depan rumah kami. Jadi sebelum pergi, kunci kontrakan ini dititip saja ke pak RT. Alhamdulillah beliau amanah.

Kontrakan ini terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang tamu, satu dapur kecil dan ada halaman atau sisa tanah di bagian depan serta belakang. Ada pula sepetak tanah kecil di depan jendela ruang tamu buat yang suka berkebun.

Halaman depan rumah sudah dipasangi conblock/paving block. Jadinya nyaman buat parkir kendaraan. Saat ditinggalkan kondisi rapi. Delapan bulan kemudian, banyak sekali rumput yang tumbuh di sela-sela conblock. Begitu juga lumut yang bikin jadi licin.

Begitu pula dengan tanah sepetak di depan jendela. Asoka yang ada di situ mulai menggila maksudnya menjadi semak dan tidak terurus tentunya. Menjadi sarang nyamuk juga.

Ditambah lagi ada mobil parkir di halaman rumah. Mobil siapa ini? Aji mumpung banget ya, wkwk. Sementara itu, kaca dan lantai sudah pasti berdebu. Laba-laba sudah membuat sarang. Kadal? Boleh jadi ada tapi saya gak lihat.
Baca juga: Cerita Tentang Kadal

Perkara Masuk Rumah

Akses keluar masuk rumah cuma bisa lewat pintu depan. Pintu belakangnya ada sih. Hanya saja ada tembok pembatas yang tinggi sekitar dua meter. Jadi tidak mungkin ada yang masuk lewat belakang kecuali pencuri. Sebab harus manjat tembok dulu kan.

Saat ditinggalkan, gagang pintu serta slot kunci pintu depan bermasalah. Jika sudah terkunci, maka akan sulit untuk dibuka kembali. Tidak tahu penyebabnya apa. Dan kami belum sempat mengganti atau mengadukannya ke empunya rumah. Lalu bagaimana donk cara masuknya? Wkwk.

Yup, mau tidak mau dengan panjat tembok belakang dan masuk dari sana. Siapa yang memanjat? Ya Ez lah. Siapa lagi. Celananya jadi kotor sebab harus lompat pagar. Halaman belakang juga masih berupa tanah dan penuh ilalang yang tumbuh subur. Ditambah saat itu sedang musim hujan. Lengkap penderitaan. :D

Saya menunggu di depan rumah. Kalau ada tetangga yang lihat, mungkin bertanya-tanya, mengapa malah berdiri syantik depan rumah gitu.

Ketika Ez sudah di dalam, apakah lantas pintu depan bisa dibuka? Oh tentu tydack. Baik dari luar maupun dari dalam, kuncinya sudah rusak. Terkunci permanen kecuali dibobol alias dibuka pakai obeng atau perkakas lainnya. Saya pun masuk rumah lewat jendela.

Jadi Ez bukan jendela, bukan buka pintu. Kebetulan model jendela rumah itu kaca tanpa trali dengan ukuran setinggi manusia normal alias sekitar 150 cm. Jadi jika jendela dibuka, tinggal geser gordennya dan lompat sedikit, masuk deh.

Bersih-bersih

Hal pertama yang dilakukan adalah bersih-bersih. Lantai dan furniture penuh debu. Kamar mandi juga demikian sehingga belum bisa digunakan. Kran air telah dihidupkan dan syukurlah air keluar lancar.

Selama ditinggalkan, motor kami taruh di ruang tamu. Dan sekarang motor tersebut butuh dihidupkan agar mesinnya panas dan siap digunakan. Tentu motor tersebut juga berdebu mengingat delapan bulan tidak disentuh. Alhamdulillah mesinnya masih mau nyala, hehe.

Saya juga harus mencuci ulang peralatan makan. Selain debu, dikhawatirkan ada hewan seperti cicak, semut, atau apapun itu yang boleh jadi telah menjejakkan kaki mungil mereka. Meskipun sudah disimpan di dalam lemari. Ya buat jaga-jaga aja.

Selain bersih-bersih kami juga mengecek barang-barang di rumah. AC, lemari pakaian dan isinya, kasur, serta printilan lainnya. Sekaligus melihat barang mana yang bisa dibawa pulang dan mana yang sebaiknya ditinggal atau dijual.

Lewat tengah hari, pekerjaan ini mulai beres. Dan rasa lapar mulai datang. Ez pun pergi membeli nasi bungkus alias nasi padang. Haha, memang paling benar makan nasi padang disaat kelaparan.

mulai mengosongkan kontrakan. (foto: unsplash)

Mulai Mengosongkan Rumah

Setelah menyortir mana yang akan dibawa pulang dan mana yang akan ditinggal dan dijual, maka sesi foto pun dimulai. Foto ini buat diunggah ke grup facebook berisi forum jual beli khusus kota Batam.

Mungkin karena Batam merupakan kota industri, maka banyak pendatang kemari mencari lapangan pekerjaan. Boleh jadi banyak pula yang tidak menetap dan memutuskan pindah kerja ataupun kembali ke kampung halaman.

Saya dan Ez menemukan kontrakan ini juga berawal dari grup Facebook. Nama grupnya lupa, semacam grup info kost dan kontrakan gitu. Grup ini lumayan aktif dan bisa diandalkan. Termasuk grup jual belinya.

Ini kali pertama saya menawarkan barang alias berjualan seperti ini. Rasa deg-degan sebab kami memang hanya berencana sebulan saja di sini. Biar tidak membayar sewa lagi untuk bulan depan.

Ya, beruntung sekali, rumah ini bisa disewa per bulan sehingga memudahkan jika mendadak harus pindah seperti ini. Dan alhamdulillah sekali, saat itu kamilah penyewa pertamanya. Terasa lebih nyaman sebab belum ada jejak orang lain, hehe.

Selain itu, rasa deg-degan juga muncul sebab ini momen perdana mengosongkan rumah. Ada rasa sentimentil juga mengingat dua tahun bukan waktu yang sebentar melewati suka duka di tanah rantau. Hingga saat menuliskan postingan ini, saya masih ingat tiap ruangan di rumah tersebut serta letak barang-barang di sana. Begitu pula dengan suasana dan samar-samar aromanya.

Roller Coaster Menjual Isi Rumah

Berjualan di grup ini roller coaster banget. Sebab saya belum terbiasa. Awalnya merasa malu juga, haha gak tahu kenapa malu. Akhirnya profil facebook ditutup dulu biar lebih privasi saja. Soalnya harus gabung di banyak grup jual beli.

Selesai upload, banyak juga yang merespon dan bertanya. Ada yang mencoba menawar; ada yang minta barangnya diantar (biar free ongkir kali ya wkwk); ada yang bilang mau lalu setelah saya keep barang tersebut buat dia, eh malah tidak ada kabarnya lagi. Ada juga yang jauh-jauh datang buat survey lalu tidak jadi. Ah, macam-macam.

Seru dan ada drama juga. Mungkin karena saya juga sedang menstruasi jadi mood tidak stabil. Salah satunya saat menjual lemari dapur. Ada yang menawar sampai tidak masuk akal. Saya yang sedang sensitif jadi emosian. Akhirnya saya tunda menjual barang tersebut.

Mendekati hari kepulangan, qadarullah ada yang berminat membeli. Dengan harga yang lebih pantas. Barang tersebut cukup besar dan pembeli sendiri yang mau jemput ke rumah. No drama drama. Alhamdulillah.

Sisanya Dikirim via Cargo

Setelah memilih barang yang akan dijual, ternyata masih ada banyak barang yang perlu diangkut pulang. Tidak bisa ditinggal sebab berharga. Termasuk di dalamnya pakaian, peralatan jurnal, buku-buku serta perkakas dapur termasuk tupperware, wkwk. Ada pula karpet dan ambal tipis pinjaman dari Emak.

Setelah dimuat dalam kardus rokok ukuran besar, barang-barang tersebut sampai 20 kilo lebih. Mau tidak mau harus diangkut via cargo.

Ternyata oh ternyata, kami memilih ekspedisi yang salah. Mereka tidak amanah sebab barang saya rusak, basah, serta hilang. Itu pun harus diteror terus sebab sudah dua bulan tidak juga sampai. Mengecewakan sekali pelayanannya.

Packing Buat Pulang

Saatnya pulang. Total sebulan lebih lima hari. Pemilik rumah sudah dikabari dan bisa toleransi. Barang-barang sudah berhasil dijual dan dikirim via cargo. Tersisa beberapa pakaian dan elektronik seperti laptop dll, bisa dimuat dalam koper dan ransel.

Ada juga beberapa barang yang tidak terjual dan tidak bisa diangkut pulang seperti AC, perlengkapan mencuci dan kamar mandi, jemuran lipat, kaca dan laci untuk pakaian, kasur dan bantal, dsb. Ya sudahlah. Mau diapakan lagi.

Ketika menulis postingan ini, jujur ada rasa kangen dengan rumah tersebut. Juga dengan suasananya. Teringat kembali hari-hari yang dilewati di sana. Susah senang dan segala perjuangannya. Dan hidup harus terus berjalan.

To Be Continue…

Omong-omong, rute pulang kali ini lewat kota Padang. Jadi selama pandemi, kami telah coba pulang pergi ke Batam melalui semua jalur provinsi tetangga yaitu Palembang, Pekanbaru, dan Padang.

Peraturan masih sama. Masih harus PCR negatif. Ada drama apa lagi kah di jalan pulang nanti? Boleh banget baca postingan selanjutnya ya, hehe.

----------

SERIAL NOVEMBER 2021
#2 Mengosongkan Rumah Sewa di Batam
#3 Drama Perjalanan Batam-Jambi

Comments

Popular posts from this blog

Tidaakk!!

Apa yang bisa dilakukan di Hago Farm

Pohon Sukun Meranggas