Movie Review - The Amazing Spider-Man 2: Rise of Electro (2014)
“You're Spider-Man, and I love that. But I love Peter Parker more.”
sumber pinterest |
Dalam
rangka ultahnya yang ke-24 beberapa hari yang lalu, Ez mengajakku ke Cinema XXI. Kami
nonton Amazing Spiderman 2: The Rise of Electro. Satu jam sebelum film dimulai,
kami membeli tiket. Ternyata hampir separuh tempat duduk di Teater 1 sudah
berisi. Syukurlah kami segera membeli tiket tadi, sehingga masih dapat tempat
dibarisan E. Setelah masuk ke dalam teater, seluruh tempat duduk nyaris penuh.
Franchise yang satu ini benar-benar laris manis. Kebanyakan anak-anak yang
menonton. Mungkin karena weekend juga kali ya.
Well,
intinya di Amazing Spiderman 2 ini, Peter Parker a.k.a Mr. Spiderman (Andrew
Garfield) menguak rahasia tentang ayahnya. Di seri yang lalu, ayah dan ibunya
menitipkan Peter kepada Aunt May (Sally Field) dan Uncle Ben, lalu menghilang
begitu saja. Warisan yang ditinggalkan oleh orangtuanya hanya sebuah tas kecil
berinisial RP atau Richard Parker (Campbell Scott). Di dalam tas tersebut ada
sebuah kalkulator dan beberapa lembar kertas. Dari tas tersebut dan beberapa
penjelasan dari Aunt May, Peter akhirnya mendapati siapa ayahnya yang
sebenarnya.
Film ini
dibuka dengan Peter dalam kostum Spiderman meliuk-liuk (?) diantara
gedung-gedung kota New York. Sirene dan radio polisi begitu sibuk mengabarkan
pengejaran terhadap para pembajak Rusia yang merampok plutonium milik Oscorp.
Spiderman harus menangkap mereka sembari mengejar waktu ke acara wisuda di
sekolahnya. Saat itu Gwen Stacy (Emma Stone), pacarnya, sempat menelpon Peter
agar segera ke sekolah karena pidato kelulusan yang dia bawakan akan segera
dimulai. Dan seperti yang direncanakan, Peter datang tepat waktu, berhasil
memakai toganya lalu menerima ijazah sambil mencium Gwen di atas panggung
wisuda. Hmm.
Oke,
lanjut. Lalu dimana si Electro-nya? Haha, jadi begini, ternyata Electro (Jamie
Foxx) awalnya orang biasa yang umm invisible, maksudnya tidak dianggap ada oleh
orang-orang sekitarnya. Dia bekerja di Oscorp sebagai teknisi kelistrikan dan
sempat ditolong oleh Spiderman. Karenanya dia begitu nge-fans sama Spiderman,
hingga kecelakaan itu terjadi. Tubuhnya terjatuh ke dalam tabung yang penuh
berisi belut listrik, hasil rekayasa perusahaan Oscorp. Gigitan belut tersebut
memicunya menjadi sosok Electro. Ya, adegan tersebut mengingatkanku dengan Spider-man
3 yang disutradai oleh Sam Raimi. Tepatnya adegan ketika Flint Marco (Thomas Haden
Church) berubah menjadi Sandman. Hmm..
Well,
selain Electro, Spiderman juga harus melawan Green Goblin alias Harry Osborn (Dane
DeHaan). Sebenarnya Harry dan Peter bersahabat dekat. Namun di film ini,
persahabatan mereka retak dan Harry marah besar kepada Spiderman dan lebih
marah lagi ketika mengetahui bahwa Peter lah yang berada dibalik kostum Spiderman
tersebut. Harry marah bukan karena ingin membalas dendam atas kematian ayahnya
seperti di film Spiderman lainnya. Harry marah karena dia tidak bisa
mendapatkan darah Spiderman. Dia memerlukan darah tersebut untuk menyembuhkan
penyakit yang telah turun menurun ada di dalam darah keluarganya dan penyakit
tersebut mulai menggerogoti tubuhnya. Karena belum ingin mati, dia pun akhirnya
berubah menjadi Green Goblin dan menjadi musuh bagi Spiderman.
Hmm,
menurutku film Amazing Spiderman seri ini tidak terlalu berasa sense
superhero-nya. Maksudku film kali ini begitu padat dan melihat Superhero dari
sisi yang berbeda. Film ini menekankan bahwa Spiderman juga manusia yang
membutuhkan hidup normal. Dia juga mempunyai kisah romantis dan seorang gadis
yang begitu dia sayangi. Jalinan kisah cinta antara Peter Parker dengan Gwen
Stacy begitu kental, bahkan boleh dikata, sebagian besar film ini membahas hal
tersebut. Amazing Spiderman kali ini begitu manis dan terasa hangat dengan
sisi romantis yang sengaja ditampilkan.
Lebih
lanjut, aku menyukai acting si cantik Emma Stone. Dia begitu baik memerankan
dan menghidupkan tokoh Gwen di sana. Gadis sederhana yang pintar dan begitu
mencintai Peter bukan Spiderman. Ahh, so sweet banget, walaupun di akhir film,
ada twist mengejutkan mengenai nasib si Gwen ini. Hiks.
Overall, film ini mampu memberikan sajian yang berbeda dari serial Superhero
lainnya. Jajaran pemain yang total, skrip yang padat namun pas, berikut editing
kamera dan special efect yang, sudah pasti, keren. Ditambah pula scoring musik
yang pas dan unik. Oh ya, pastinya jalinan kisah di dalamnya yang “sesuatu”.
Film yang keren. :D
Comments
Post a Comment