Rekap Tontonan Januari–Februari 2020
Holla, Movie section is back! :D
Seperti
biasa, aku ingin menampilkan kembali post
tentang film di blog ini. Kebetulan pula di Januari dan Februari lalu aku
sempat menonton beberapa film. Sebagai tambahan agar tulisan ini lebih “segar”,
aku akan memberi rating/peringkat untuk setiap film tersebut. Peringkatnya (dan komentarku tentang film-film tersebut) bisa
jadi cenderung subjektif karena berdasarkan selera juga. Entahlah jika
ternyata seleraku bisa mewakili selera kebanyakan penonton lainnya. Oh, ya,
film-film yang kutonton ini tidak semua tayang di 2020. Ada juga beberapa film
yang kutonton dari laptop alias hasil unduhan. Untuk membedakannya, aku
tuliskan tahun film tersebut tayang. Baiklah, kita mulai saja, yuk.
Januari
The Grudge (2020)
Film
ini adalah sebuah interpretasi baru dari film horor Jepang yang berjudul Ju-On. The Grudge memiliki durasi sekitar 90 menit yang terasa lamaaa...atau
menjemukan. Formula yang digunakan terlalu umum dan monoton: rumah berhantu,
kutukan, terror, kematian/pembunuhan, lalu penyelesaian dnegan twist dimana
tokoh utama masih gagal melenyapkan hantunya (ups, spoiler, haha). (1.5/5: didn’t like it)
Underwater (2020)
Beberapa
peneliti berusaha menyelamatkan diri mereka dari kehancuran stasiun pengeboran
minyak tempat mereka bekerja. Yang membuat greget, staisun tersebut berada di dasar
palung Mariana (palung terdalam di dunia). Stasiunnya super modern namun ternyata tidak mampu bertahan dari serangan
makhluk laut raksasa aneh penghuni
palung. Menurutku image Bella
Swan-nya Kristen Stewart yang melekat (di kepalaku) sedikit menghilang. Dia
terlihat cantik dalam model rambut yang berbeda ini. Sinematografinya bagus
seperti adegan slow-mo tetesan air
itu. (2.5/5: it was okay)
One Piece: Stampede (2019)
Luffy
dan para bajak laut lainnya berkumpul menghadiri festival di sebuah pulau.
Puncak dari festival tersebut adalah memeperebutkan harta peninggalan bajak
laut legendaris Gol D. Roger. Jika mencari pertarungan intens (bahkan dari
menit pertama) serta melihat kumpulan bajak laut keren di dunia One Piece, maka
Stampede bisa menjadi pilihan. Namun jika mencari kedalaman cerita tentang
persahabatan, petualangan dan impian, lebih baik kembali menonton episode
anime-nya. (2.9/5: it was okay)
Bad Boys: For Life (2020)
Kapan
terakhir kali menonton Bad Boys?
Tepat sekali jika ingin bernostalgia dengan versi lanjutannya di tahun ini. Bad Boys: For Life menurutku memiliki
narasi yang padat serta kocak. Film ini dipercantik secara visual melalui
sisipan hyperlapse kota Miami.
Iringan musiknya juga tidak mengecewakan. Sentuhan bahasa Spanyol membuat film
ini terasa “kaya”. Aksi kejar-kejaran di jalanan, muntahan peluru ditambah
banjir darah tersaji dengan gegap gempita sejak menit pertama. Tidak disarankan
untuk anak di bawah umur. (3.9/5: (almost
really) liked it)
Blackkklansman (2018)
Film
ini hasil adaptasi dari sebuah memoir berjudul Black Klansman. Bercerita tentang pengalaman Ron Stallworth
(polisi/detektif kulit hitam pertama di kepolisian Colorado Springs, Amerika
Serikat) menyusup ke sebuah organisasi rasis sekitar tahun 1970an. Aku awalnya
merasa skeptis dengan film ini. Bolak balik mengumpulkan niat untuk
menontonnya. Ternyata setelah kubertahan, di menit ke-11 aku dibuat tertawa.
Film ini mengandung komedi sekaligus mampu menyentuh nurani. Silakan dicoba.
Oh, ya, judul film ini tidak mengandung typo.
Jika sudah menonton, pasti paham maksudnya. (3/5: liked it)
Februari
Birds of Prey (2020)
Harley
Quinn mengumumkan status lajangnya kepada dunia. Ini membuatnya dikejar-kejar
oleh banyak pihak terutama yang menaruh dendam dan kekesalan terhadapnya. Roman
Sionis (penjahat sadis atau hanya tampilan luarnya saja?) memanfaatkannya untuk
mengambil berlian Bertinelli. Gaya narasinya dipaparkan secara acak (terutama
di bagian awal film) mungkin mengikuti jalan pikiran si tokoh utama yang
cenderung semaunya. Film ini sesak oleh banyak karakter namun sepertinya tidak akan
mengendap lama di benak. (2.7/5: it was
okay)
Fantasy Island (2020)
Merupakan
adaptasi dari sebuah serial TV berjudul sama yang tayang tahun 1970an. Di sini,
diceritakan beberapa orang mengunjungi resor di sebuah pulau. Pemilik pulau
tersebut dapat mewujudkan fantasi yang mereka miliki dengan seakurat dan
senyata mungkin. Namun, fantasi milik siapakah yang sebenarnya terwujud? Tontonan
yang menghibur namun tidak terlalu berkesan (menurutku). Interaksi antara duo
kakak beradik Weaver yang lumayan melekat di kepala. (2.5/5: it was okay)
The Invisible Man (2020)
Apakah
film ini tergolong horor ataukah thriller? Yang jelas, terasa sangat menegangkan.
Tidak ada balutan mistis atau pengaruh kekuatan misterius seperti di Fantasy Island. Malah dapat dijelaskan
secara ilmiah alias mengandung unsur science
fiction di dalamnya. Film ini bercerita tentang Cecilia Kass yang berhasil
kabur dari suaminya yang abusif dan sosiopat. Tak lama terdengar kabar bahwa
suaminya tersebut bunuh diri dan meninggalkan warisan yang cukup besar
untuknya. Namun setelah itu, teror demi teror dari “sesuatu” yang tak kasat
mata mulai mendatanginya. Kualitas peran dan sutradaranya jempolan, deh. (3.7/5: liked it)
Itulah
daftar film yang kutonton hingga ke menit terakhirnya alias sampai habis. Aku
sengaja membahas langsung dua bulan agar selanjutnya dapat membuat postingan
serupa ini untuk Maret nanti (dalam format per bulan, gitu). Kita lihat saja
nanti, apakah dapat terwujud.
invisible man rame tuh, walo ngikut konsep hollow man nya si kevin Bacon, tapi film invisible man juga gak kalah ramenya. soalnya diliatin super power cewek kalo udah terhimpit dan merasa tertindas. issue gender di angkat jadinya laku dan rame ya, sama halnya bird of prey si harley quinn
ReplyDeleteIya kak. Waktu nonton Invisible Man, aku juga teringat dengan Hollow Man (yang percobaannya bikin kulit manusia tembus cahaya itu kan?) Kalau dibandingkan, aku lebih suka Invisible Man. Kayak lebih dapat aja gregetnya kak, hehe. Nah, setelah baca komen kaka, iya juga ya. Ada isu gender yg diangkat. Cewe di film jad strong badai padahal dia gemetar gimana gitu, haha.
Delete