Jupiter
Di sekitaran rumahku ada banyak sekali kucing berkeliaran. Ada yang kecil, yang masih bisa melompat-lompat hingga yang paling tua sekitar belasan tahun. Warnanya pun beraneka macam. Ada yang kuning, abu-abu, belang tiga, bahkan baru-baru ini ada pula yang putih. Ya, itu yang putih entah datang darimana, yang jelas mereka ibu dan anak.
Ada beberapa kucing yang sering main ke rumah. Walaupun aku dan orang-orang di rumah tidak pernah merasa memelihara mereka, namun mereka suka main dan meminta makan ke rumah ini. Salah satunya kucing belang tiga (kuning, hitam, putih). Itu kucing betina kecil tapi cantik dan suka sekali menjaga kebersihan tubuhnya. Dia lumayan sering beteduh di rumah ini. Walaupun begitu, aku sekeluarga tidak membiarkan kucing tersebut bermalam di rumah. Sebelum seisi rumah tidur malam, kucing itu harus sudah dikeluarkan.
Selain kucing belang tiga yang centil itu, ada pula rombongan kucing kuning/oren, seperti warna Garfield, yang datang meminta makan. Biasanya di siang hari. Asalkan pintu rumah terbuka, mulai mereka datang mengeong. Rombongan kucing kuning ini terdiri dari tiga kucing besar (dua betina dan satu jantan) dan (kalau saat ini) ditambah lagi dengan dua ekor kucing kecil. Yang betina diberi nama si Putih dan si Nenek, sementara yang jantan bernama Jupiter.
Ciri khas dari si Putih adalah kaki dan cara berjalannya. Haha, benar-benar seperti “catwalk”, bersilang-silang gitu. Sementara ciri khas dari si Nenek adalah warna matanya yang agak kebiru-biruan (bukan hijau terang). Warna mata ini menurun ke anaknya yang belang tiga. Ahh, cantik sekali. Dan well, Jupiter, ciri khas-nya adalah umm dia manja.
Iya, Jupiter manja, walaupun dia kucing jantan. Manja di sini, dia suka main dengan kemonceng atau sapu ataupun kain pel. Dia juga suka minta pangku kepada siapapun, termasuk ke temanku yang main ke rumah. Sekali saja kita mencoba berinteraksi dengannya, entah itu mengeong ke arahnya atau mengusap kepalanya, dia nanti mulai lah minta pangku. Dia memang yang paling terbiasa dengan manusia.
Jupiter itu badannya cukup besar (mungkin karena dia kucing jantan) dan sekarang pipinya makin chubby. Haha, ini kucing paling mudah makannya. Hampir apapun dimakan. Bahkan sayuran, kerupuk hingga remah-remah tepung goreng, dia mau saja. Ini kucing sudah semacam omnivora, haha. yea, tidak heran jika badannya makin besar, tapi belum kegemukan. Bisa dibilang fit.
Selain sifat manja dan selera makannya yang oke, Jupiter suka manjat. Dia kadang datang ke rumah lewat dek (langit-langit) rumahku yang masih terbuka di bagian dapur. Kalau tidak, dia bisa masuk ke rumah lewat jendela rumah yang terbuka. Dia melompat, lalu menyusup lewat terali jendela. Entah darimana dia bisa tahu jalan masuk lewat situ. Dan sekitar 5 hari lalu kulihat salah satu kaki depannya berdarah. Semacam tergores benda tajam gitu. Ahh, entah apa yang menyebabkannya. Namun, syukurlah tidak teralu parah. Dia masih bisa berjalan tanpa pincang. Masih bisa berdiri dengan tegap dan tidak terlalu merasa kesakitan.
Satu kejadian yang paling kuingat soal Jupiter terjadi beberapa bulan yang lalu. Ah ya, Jupiter ini cukup cerdas. Dia bisa membuka pintu pagar, pintu belakang, dan malam itu pintu kamarku. Dia membuka pintu dengan mendorongnya hingga terbuka. Kalau membuka pintu pagar lebih cerdas lagi. Dia sisipkan salah satu kaki depannya ke kolong pintu lalu membiarkan kaki tersebut menjadi pengait. Voila, pintu pun terbuka.
Nah, kejadian yang kumaksud itu terjadi selama tiga malam berturut-turut. Jupiter masuk ke rumah sekitar jam setengah dua malam. Yea, kejadian ini selalu terjadi di jam yang sama. Well, dia masuk melalui dapur dan mulai mengeong. Lalu dia berjalan ke kamarku dan mengeong lagi. Karena tidak ada jawaban, dia mulai mendorong pintu kamarku, mencoba membukannya. Dan dia memang berhasil. Memang kalau tidur malam, aku tidak mengunci pintu kamar. Bukan salah satu kebiasaanku untuk mengunci pintu kamar.
Karena suara gaduh yang Jupiter buat, aku pun terbangun. Ruangan kamarku gelap karena jika tidur aku mematikan lampu. Dan lampu di rumah pun juga teah dimatikan kecuali teras. Dan ketika pintu terbuka, aku masih mencoba mengumpulkan nyawa. Haha, rada seram sih, tidak ada angin dan semua orang di rumah sudah tidur, ehh pintuku terbuka. Tapi aku masih tenang, tidak teriak atau apa walau agak deg-degan juga. Lalu kulihat ke arah bawah. Mahkluk berbulu itu sedang berdiri dengan keempat kakinya di depan pintu, menatapku.
Haha, dasar Jupiter reseh. Aku pun bergegas ke pintu sebelum kucing itu melangkah masuk ke kamar. Aku tutup pintu dan karena masih agak mengantuk, kubiarkan kucing itu di dalam rumah. Malas beranjak membuka pintu dan mengusirnya, dini hari pula. Dan kejadian seperti itu, di jam yang sama, kembali terulang hingga dua hari kemudian. Entah apa yang ada di otak Jupiter. Namun sekarang dia sudah tidak seperti itu lagi. Karena aku mengunci pintu kamar hingga dia tidak terbiasa mendorong dan membuka pintu kamarku lagi.
Aku tidak tahu berapa usia Jupiter. Aku rasa belum ada 10 tahun. Sewaktu dia kecil dulu (Jupiter, Nenek, dan Putih) memang sudah pernah main ke rumahku. Dan Jupiter bisa semanja itu karena dia dulu pernah dipelihara oleh sepupuku, Dita. Yang memberi nama untuk masing-masing kucing kuning itu juga Dita. Yea, sebelum Dita sibuk dengan kuliahnya, Jupiter itu sering dirawat, dimandikan, di kasih makan rutin, dibiarkan tidur di kasur. Nah, mungkin karena itu dia terbiasa dengan manusia dan suka dipangku, haha.
Iya, aku memang sering mengisi label “animal” di blog ini dengan cerita tentang kucing. Haha, habisnya memang ada banyak kucing di sekitaran rumah (walaupun tidak ada yang memelihara mereka) dan tingkah mereka unik, asik buat diamati. Aku juga berencana ingin menulis tentang si Nenek. Ada cerita menarik juga lho dari kucing itu. Tetapi nanti akan kukerjakan. Sementara ini Jupiter dulu. Haha, bagaimana dengan lingkungan rumah kamu? Banyak kucing juga, kah?
Comments
Post a Comment