Movie Review - Transformer: Age of Extinction (2014)
There are
mysteries to the universe we were never meant to solve. But who we are and why
we are here, are not among them. Those answers we carry inside - Optimus Prime.
sumber pinterest |
Akhirnya tuntas niatan untuk menonton seri
kelima dari Transformer yang kali ini memilih sub judul: Age of Extinction.
Film ini sudah hampir sebulan bertengger di bioskop dan di bioskop yang aku
datangi, film ini telah beranjak ke Teater 4.
Baiklah, masih ingat teori tentang punahnya
para dinosaurus sekitar 67 juta tahun yang lalu? Teori mengatakan bahwa mereka
punah karena batu meteor yang menghantam Bumi dan mengakibatkan awan debu pekat
yang menutupi cahaya matahari. Nah, teori ini lah yang sedikit
"dimainkan" di film ini.
Film dibuka dengan kedatangan banyak sekali
pesawat alien yang super canggih, keren, dan futuristik ke Planet Bumi sekitar
67 juta tahun yang lalu, saat para dinosaurus menjadi penunggu Bumi. Pesawat
tersebut menjatuhkan bom nuklir yang disebut "seed/benih". Efek dari
bom tersebut tidak mengakibatkan radiasi dan menghanguskan para dinosaurus
tersebut, melainkan mengubah mereka menjadi besi, logam, hingga ke
tulang-tulangnya. Nah, materi inilah yang dijadikan awal mula sekaligus
perkenalan terhadap tokoh LockDown.
Ya, seperti yang kita tahu, di keempat seri
Transformer sebelumnya, hanya ada dua alien: Autobots dan Decepticon. Di Age of
Extinction, kita dapat tambahan satu lagi yaitu LockDown. Misinya datang ke
Bumi adalah menangkap Optimus Prime untuk dibawa ke The Creator atau sang
pencipta.
Kembali ke masa kini, manusia Bumi dalam
naungan CIA (kalau tidak salah) melakukan pemberontakan terhadap para Autobot
dan Decepticon. Pemberontakan di sini maksudnya berusaha mengusir kedua alien
itu dari Bumi. Nah, untuk memuluskan rencana ini, mereka menciptakan perang
terhadap para alien robot itu dan bekerjasama dengan LockDown sebagai
eksekutor.
Para Autobot pun tercerai berai. Banyak juga
yang hancur dan mati. Optimus sendiri menjadi besi rongsokan yang tidak sengaja
dibeli oleh Cade Yeager (Mark Wahlberg), penemu amatir. Yieger tinggal di California (kalau tidak salah) bersama putrinya, Tessa Yeager (Nicola Peltz). Konflik pun terjalin.
Alhasil, mereka juga menjadi sasaran pengejaran LockDown.
Film ini bisa dikatakan meriah. Ada banyak
spesial efek yang ditampilkan. Para Autobot, Decepticon, LockDown, tiruan
Autobot buatan manusia serta beberapa robot-robot tua berwujud dinosaurus (Dinobot),
turun semua ke layar bioskop. Adegan demi adegan mencengangkan semacam gedung
porak poranda, ledakan di mana-mana, dan begitu pula chasing car scene juga
tentunya tidak ketinggalan. Benar-benar jorjor-an deh istilahnya. :D
Jika menilik pada kekurangan film ini, umm,
menurutku adalah akting dari Nicola Peltz yang memerankan Tessa dan Jack Reynor
yang memerankan Shane Dyson, masih terasa mentah. Jalinan cinta di antara
mereka pun, tidak mampu ditampilkan secara maksimal. Bukan membandingkan, namun
romansa di serial sebelumnya jauh lebih bagus. Bukan hanya tentang romansa,
peran mereka yang krusial kunilai gagal memeriahkan Transformer seri ini.
Untungnya masih ada Wahlberg dan Stanley Tucci yang berperan sebagai ilmuwan (yang
ternyata) kocak, Joshua Joyce. Mereka telah berusaha berperan maksimal serta menyelamatkan
komedi yang biasanya menjadi ciri khas Transformer di seri sebelumnya.
Haha, aku jadi teringat satu hal yang konyol
namun lucu. Ini tentang Optimus dkk yang punya tunggangan. Mau tahu, apa
tunggangannya? Dinosaurus, kawan-kawan! Haha, konyol, yah. Dan satu lagi yang
membuat konyol, ada satu dinobot (menurutku bentuknya mirip Tyrex), beberapa kali
menghembuskan api. Haha, asli! Itu dinobot doyan banget menyemburkan api
kemana-mana. Ini membuatku ngakak campur greget. Oh, man, that's just too much
I think. :D
Well, bagaimanapun Transformer telah menjadi
frenchise yang laris manis. Selalu ditunggu oleh banyak umat seluruh dunia ini.
Walaupun ada ini itu yang bisa dikritik, aku masih menantikan serial
selanjutnya. Dan menyenangkan ketika menonton robot-robot ini bermain. Selingan
lah, dari yang biasanya menonton manusia terus yang menjadi pemainnya. Haha,
yup, di film ini, justru robot-robot itu yang akting-nya lebih dominan dan
lebih baik. Okelah, see you in the next post.
Comments
Post a Comment