5 REKOMENDASI FILM YANG SYUTING HANYA DI SATU TEMPAT

rekomendasi film yang syuting hanya di satu tempat

Less is more. Rasanya ungkapan tersebut tepat untuk menggambarkan film-film berikut. Ada lima judul film yang Pandoraque ingin bagikan melalui postingan kali ini.

Umumnya film menggunakan beberapa latar menyesuaikan dengan kebutuhan cerita. Bahkan ada yang sampai menampilkan banyak lokasi di sejumlah negara berbeda. Namun ada juga film-film yang hanya syuting di satu tempat saja. Tempat tersebut bisa di dalam rumah, kendaraan, ataupun alam.

Kerennya, dengan lokasi terbatas, film tersebut tetap asyik untuk dinikmati. Dinamikanya terbangun dan penonton juga bisa tersedot masuk ke dalam alur cerita. Mau tahu film yang mana saja? Baca sampai habis, ya.

Buried (2010)


Kala itu iseng saja memilih judul ini buat ditonton. Sama sekali tidak mengira jika film ini akan begitu intens dan membekas. Lantaran hampir seluruh film hanya menyoroti satu tempat saja yaitu peti mati.

Paul Conroy (Ryan Reynolds), seorang sopir truk asal Amerika yang harus bertugas di Irak, menemukan dirinya terbangun di ruangan yang begitu sempit. Ternyata ia tidak hanya berada di dalam sebuah peti mati melainkan juga terkubur di bawah tanah. Di sekitarnya hanya ada korek api, ponsel dan sebilah pisau.

Insting pertama yang coba dilakukan tentunya mencoba keluar dari peti tersebut. Namun bagaimana caranya? Apakah akan berhasil?

Dengan keterbatasan tempat, olah tubuh, serta interaksi yang minim (tanpa pemain lain di sekitarnya), film ini mampu memikat penonton. Ryan Reynolds sangat piawai memainkan perannya. Ekspresi dan olah suara yang dilakukannya patut mendapat acungan jempol. Intinya tidak sia-sia telah membeli tiket untuk film ini. Oh ya, film ini tidak disarankan untuk penderita klaustrofobia, ya.

The Shallows (2016)


Mari kita bergeser ke lokasi lain yang sedikit agak luas namun jika dipikir masih dalam satu wilayah yang terisolasi sehingga memunculkan insting untuk bertahan hidup yang intens dan mencekam.

The Shallows bercerita tentang Nancy (Blake Lively). Ia baru saja kehilangan ibunya dan keluar dari sekolah kedokteran di Texas. Nancy pun mencari hiburan ke Mexico dengan mengunjungi pantai tersembunyi yang biasa ibunya datangi dan berselancar di sana.

Lokasi pantai yang tersembunyi menyebabkan tempat tersebut sepi. Hanya ada dua atau tiga pengunjung serta warga lokal. Nah, saat ia sedang berselancar, tanpa disadari dirinya berada di sekitar hiu yang sedang mencari makan. Lalu seekor hiu putih besar menyerang dan berhasil menggigit kakinya.

Nancy mencoba menyelamatkan diri dengan naik ke atas sebuah karang. Si hiu tetap saja berenang cantik di sekitarnya, duh. Akankan Nancy bisa selamat? Apalagi air laut semakin naik mencapai puncak karang tersebut? Ditambah penduduk sekitar telah meninggalkan pantai membuat dirinya otomatis sendirian.

Seperti yang ditulis sebelumnya, boleh jadi film ini menggunakan latar lautan yang tentunya luas. Namun suasana yang sepi dengan interaksi minim dari pemain lain serta hanya air di sekitar pemain utama menimbulkan kesan yang terbatas. Belum lagi ancaman dari predator hingga adegan bertahan hidup yang kuat membuat suasana semakin mencekam dan suram.

Singkatnya, dengan segala keterbatasan yang diciptakan sang sutradara, telah menjadikan The Shallows sebagai sebuah sajian yang sangat layak untuk dinikmati.

Passengers (2016) 


Mari kita beralih ke luar angkasa. Passengers boleh dibilang salah satu film dengan genre sci-fi yang menggunakan konsep ruang terbatas sebagai latar cerita.

Ruang yang dimaksud adalah sebuah pesawat canggih yang sedang bergerak menuju (katakanlah) Bumi baru. Tempat dimana ratusan penumpang ingin pindah dan memulai hidup baru di sebuah planet mirip Bumi. Planet tersebut bisa dihuni meski jarak tempuhnya sangat jauh.

Mereka pun ditidurkan di dalam sebuah pod lalu perjalanan pun dimulai. Malangnya ada sebuah insiden yang tidak diinginkan di perjalanan. Sebuah pod rusak dan penumpang di dalamnya harus terbangun 90 tahun lebih awal dari seharusnya. Bagaimana mau menghuni Bumi baru kalau sudah keburu menua di perjalanan?

Penumpang tersebut bernama Jim Preston (Chris Pratt). Awalnya dia mencoba menikmati suasana pesawat tersebut. Namun sebagai makhluk sosial, manusia pasti merasa kesepian. Ia pun nekat membangunkan seorang penumpang lainnya yaitu Aurora Lane (Jennifer Lawrence).

Film pun menyoroti interaksi kedua penumpang tersebut. Apa saja yang mereka lakukan untuk menekan kebosanan serta bagaimana caranya berdamai dengan keadaan. Begitu pula untuk mencari solusi atas konflik internal dan eksternal yang mereka hadapi di pesawat tersebut.

Film ini terasa lebih ringan dari dua film di atas. Mungkin karena pemainnya tidak sendirian bertahan hidup di suatu tempat asing nan sepi. Suasananya pun tidak terlalu mencekam, sebab pengaruh kecanggihan pesawat alias teknologi yang digambarkan. Namun secara keseluruhan, Passengers merupakan sebuah tontonan dengan lokasi ruang terbatas yang menarik untuk dinikmati.

The Commuter (2018)


Penikmat film action dan kriminal, boleh jadi tidak asing dengan Liam Neeson. Yup, aktor yang populer lewat serial Taken ini kerap membintangi film dengan genre seperti ini (dibumbui pula dengan anggota keluarga/anak yang hilang, hehe).

The Commuter awalnya menampilkan beberapa lokasi berbeda. Namun boleh dibilang 90% lokasi utamanya adalah gerbong kereta yang melaju di jalur Hudson, New York.

Liam Neeson memerankan tokoh bernama Michael MacCauley - seorang mantan polisi yang beralih menjadi agen asuransi. Hari itu hari yang suram sebab ia kehilangan pekerjaan. Sembari naik kereta untuk pulang, seorang wanita misterius mendekatinya dan memintanya melakukan suatu hal.

Nyawa banyak penumpang lainnya terancam. Begitu pula dengan nyawa keluarganya di rumah. Ancaman dari perempuan tersebut benar adanya. Bagaimana Michael menyelesaikan misi konspirasi tersebut? Siapakah dalang dibalik kasus ini?

Perpindahan adegan dari satu gerbong ke gerbong lain di kereta yang melaju serta aksi bergulingan di bawah rel kereta, membuat film ini makin terasa "action"-nya. Tidak terasa bosan untuk ditonton meski hanya berada di satu lokasi saja.

The Outfit (2022)


Film ini unik dan salah satu favoritku. Pemainnya terbatas (sekitar 8-10 orang) serta lokasinya juga hanya di satu tempat saja. Meski demikian, tidak bikin jenuh. Agak kocak, seru, dan menarik sekali untuk ditonton.

The Outfit menggunakan latar sebuah toko jahit kecil di daerah Chicago, Amerika Serikat masa lampau, sekitar tahun 1950-an. Pada masa itu banyak mafia yang menguasai jalanan. Mereka tidak segan membunuh dengan senjata api.

Leonard Burling (Mark Rylance) merupakan ahli bahasa Inggris yang menjadi seorang penjahit. Ia melintasi Atlantik untuk melarikan diri dari masa lalunya yang tragis dan memulai hidup baru di Chicago.

Ada seorang asisten perempuan bernama Mable Shaun (Zoey Deutch) yang menemani Leonard sehari-hari. Leonard bekerja dengan elegan dan rapi. Pakaian yang dihasilkan memiliki standar tinggi sehingga yang menjadi langganannya adalah seorang mafia Irlandia kejam, penguasa wilayah dimana toko jahit tersebut beroperasi.

Konflik dimulai dengan kedatangan dua orang mafia muda di suatu malam. Leonard pun memainkan sebuah intrik yang menarik serta pertaruhan nyawa yang bikin deg-degan. Duh, alurnya tidak tertebak. Entah mengapa terasa brilian, hehe.

Film ini hanya berkutat di tiga ruangan di toko jahit tersebut. Interaksi memukau antar pemain serta kekuatan skenario dan script dari film ini membuat The Outfit menjadi tontonan seru, khususnya bagi penikmat drama kriminal.

Akhir Kata…

Tentunya ada banyak film dengan tipe satu lokasi syuting seperti ini. Hanya saja daftar di atas terbatas pada film yang sudah pernah ditonton. Biar sharing-nya lebih enak dan personal saja gitu. Jika ada tambahan nanti, boleh jadi tulisan ini akan diperbaharui. Jadi, tertarik untuk menonton yang mana? Atau sudah nonton semua? :D

Comments

  1. Penasaran sama judul yang pertama, ending filmnya gimana ya? Apa dia bisa keluar dari kuburnya? Film yang kedua itu mirip sama film 47 Meters ya kayaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seingat aku gak happy ending kak. Penonton juga dari awal sudah dibuat 50-50 tentang nasibnya. Paling penting, proses menuju ending film yang lumayan menegangkan untuk dinikmati. :D

      Nah, kebetulan aku belum pernah nonton yang 47 meters. Ligat dari trailer nya sama2 tentang hiu ya. Cuma beda proses. Yang jelas The Shallows terasa kalau lautan itu luas dan sepi. Psikologi tokoh utama juga dari awal tidak sedang baik2 saja (baru kehilangan ibunya). Silahkan dicoba tonton kak. Mana tau cocok. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tidaakk!!

Apa yang bisa dilakukan di Hago Farm

Pohon Sukun Meranggas