Cerita tentangku dan olahraga
dokumen pribadi | diedit seperlunya |
Tema ODOP hari ini adalah olahraga. Aku bingung, apa yang harus kutulis. Aku tidak pintar berolahraga. Waktu masih sekolah, nilai olahragaku seringnya standar lulus saja alias pas-pasan. Pernah beberapa kali mengulang (remedial). :D
Olahraga yang dipelajari di sekolah tidak hanya satu jenis, melainkan ada banyak sekali. Ketika diajarkan voli, service awalku tidak sampai melewati net. Padahal lenganku sudah memerah terasa mau patah. Diajarkan basket, aku terlalu lambat merebut bola dari lawan. Ketika nge-shoot (melempar bola) tidak masuk ke dalam ring. Diajarkan renang, ah sudahlah.
Bukan berarti aku tidak suka olahraga. Hanya saja sebagian besar olahraga yang dipelajari di sekolah itu tidak mampu aku kuasai.
Namanya saja olahraga, maka raganya harus bergerak. Sementara di mata pelajaran tersebut, aku jarang punya motivasi untuk bergerak. Tanpa motivasi bagaimana caranya otak bisa memerintahkan otot untuk mengeluarkan tenaga dan bergerak. Jika pun bergerak, tidak luwes.
Sepertinya aku memang kaum rebahan sejati. Kalaupun aku enjoy alias menikmati jenis olahraganya, kemampuanku rata-rata saja. Namun aku tetap bangga sih sama kemampuan olahragaku yang cuma rata-rata atau malah kurang. Sebab meski tidak jago di pelajaran ini, aku tidak pernah sengaja bolos atau menghindarinya.
Pernah waktu SMP disuruh lari-lari kecil keliling lapangan bola kaki, dua kali berturut-turut. Alhamdulillah bisa dan berhasil. Meski di putaran terakhir, aku lebih banyak jalan daripada lari. Meski setelah selesai dua putaran mataku terasa berkunang-kunang seperti televisi kehilangan siaran. Syukurlah tidak pingsan.
Aku sebenarnya suka bulu tangkis. Kaki dan tanganku cukup kuat serta gesit untuk mengejar dan memukul kok (shuttlecock). Aku suka bunyi kok yang beradu dengan raket. Aku juga tidak masalah jika punggung dan dahiku basah oleh keringat. Lagi pula aku bisa bermain (menurutku dengan baik) satu lawan satu atau ganda bersama teman-teman.
Hanya saja aku kurang paham teknis memukul atau service. Sementara hal tersebut masuk ke dalam penilaian. Alhasil karena terlalu memikirkan teknisnya, ototku melemah dan service-ku beberapa kali tidak bisa melewati net. Padahal saat bermain bebas tanpa harus service dan memukul sesuai materi yang diajarkan, lancar-lancar saja. Ya begitulah.
Aku setuju kalau olahraga itu penting. Saat sudah tidak sekolah lagi baru aku sadari kalau menyisihkan waktu satu kali dalam seminggu selama 90 menit untuk olahraga itu tidak mudah. Padahal dengan kegiatan itu tubuh bisa terasa lebih ringan dan segar. Alhamdulillah aku jarang sakit saat sekolah dulu.
Aku memang sering gagal di pelajaran tersebut, tetapi karena tetap berusaha mengikutinya, aku jadi mempunyai kenangan yang banyak di lapangan sekolah. Aku jadi punya pengalaman mencicipi aneka jenis olahraga yang saat itu masuk ke dalam kurikulum (yang harus dipelajari). Pada akhirnya semua pengalaman itu juga penting dan berharga meski hasilnya belum istimewa.
Kesimpulannya, aku tidak punya prestasi atau pengalaman menakjubkan yang bisa dibanggakan di bidang ini. Namun inilah cerita tentang diriku dan olahraga. Kedepannya aku ingin lebih mengeksplorasi diri sendiri untuk menemukan jenis olahraga yang kusukai dan cocok untukku sekaligus bisa dilakukan secara rutin serta tidak rumit. Ada ide? :D
Submitted to:
One Day One Post 2021 – Indonesian Content Creator (473 kata)
Comments
Post a Comment